5.11.07

sebagai catatan kenangan

Pengantar
Sapardi Djoko Damono
(dikutip tanpa seijin beliau, nanti kl ketemu, pelangi minta ijin dech...)


Kita mengalami sejumlah peristiwa yang susul menyusul, semuanya penting ketika terjadi. Namun hanya beberapa saja yang tinggal dalam benak kita beberapa waktu kemudian, dan itulah yang kita namakan kenangan. Kita ingin sesekali mengabadikan kenangan itu, tidak hanya dalam benak tetapi juga dalam ujud yang kongkret, yakni tulisan yang bentuknya tidak terbatas.

Keinginan untuk mengabadikan kenangan dalam catatan itulah tentunya yang mendorong pelangi untuk menciptakan sebuah tulisan, semoga kekallah kenangannya dalam tulisan2nya.

Dalam hidup kita yang singkat, ada terlalu banyak peristiwa yang terjadi yang tentunya bisa saja semua dianggap penting. Begitu banyak sehingga kita kerepotan manangkap dan menyimpannya baik2 dalam benak kita, menjadikannya kenangan yang pada suatu saat bisa menimbulkan kesedihan atau kegembiraan kita.

Ketika memutuskan untuk mengabadikan kisah hidup dalam tulisan, pelangi sebenarnya telah menjadikannya benda budaya yang tetap bentuknya. Karena telah menjadi tulisan, kenangan itu merupakan sejenis residu dalam perjalanan hidupnya, yang tidak bisa dihapus lagi, dalam tulisan-tulisan yang dikumpulkan sebagai “mutiara peristiwa yang teruntai” kenangan telah kekal dalam jajaran huruf yang disusun dalam bait-bait.

Yang perlu dicatat adalah bahwa jika kita menyampaikan kesah hidup secara lisan, khalayak yang mendengarnya dapat kita ketahui dengan pasti, sedangkan jika bentuk penyampaian itu tertulis, “penengar” kisah berubah menjadi “pembaca” yang sama sekali tidak bisa ditebak siapa. Kita pun tidak mengetahui kapan, di mana, dan untuk apa mereka membaca. Mereka membaca, dan membaca tidak lain adalah menafsirkan. Dalam pengertian inilah setiap pembicaraan mengenai tulisan bisa ada manfaatnya.

Pelangi juga menyusun kata-kata bijak yang mungkin diyakininya bisa menjadi pegangan bagi siapapun, membuat catatan mengenai kehidupan; ia tidak hanya mengenangnya tetapi mengabadikannya. Untuk itu ia memilih tulisan sebagai alat ucapnya. Beberapa tulisan mungkin menunjukkan tanggapannya terhadap berbagai masalah sosial yang mungkin akan tetap ditanggapi dengan cara yang sama atau berbeda oleh orang lain. Tulisan memang merupakan suara pribadi, namun yang pribadi itu bisa mewakili suara orang ramai.

Dalam tulisannya, pelangi mengajak kita berimajinasi, menduga-duga, bermain-main dalam kata. Kita ikuti saja ajakannya…

Tidak ada komentar:

i look at u...